Ketua KTK Pujut, Sri Anom Putra Sanjaya, SH
LOMBOK TENGAH (NTB),Tatrapost.com—Teka teki meninggalnya S alias H (25), warga Dusun Sangkung, Desa Bangket Parak, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah (Loteng) masih menjadi tanda tanya hingga saat ini. Wanita yang meninggal di dalam kamar kosnya di Dusun Baturiti, Desa Kuta beberapa pekan lalu itu, masih menyisakan pertanyaan publik mengenai penyebab kematian korban.
Meski aparat kepolisian dari Polres Loteng belum lama ini menyatakan bahwa, berdasarkan hasil otopsi jenazahnya, korban meninggal akibat bunuh diri. Hanya saja, pihak keluarga masih belum bisa percaya dan menerima begitu saja keterangan polisi.
Penyebab keraguan tersebut lantaran perhiasan yang dimiliki korban ikut raib bersamaan dengan hilangnya nyawa korban. Berdasarkan keterangan yang dikutip Tatrapost.com dari unggahan facebook kakak korban dengan nama akun Sumi Angelina, korban memiliki sejumlah perhiasan emas yang hingga kini belum diketahui keberadaannya.
Perhiasan tersebut diantaranya berupa cincin, gelang, hingga kalung emas. Melalui unggahannya Senin (1/4/2024) lalu itu, Sumi Angelina merasa belum mendapatkan keadilan atas kematian saudaranya. Dirinya menduga bahwa S meninggal karana dibunuh, bukan bunuh diri.
“Kenapa enggak perhiasan aja yang diambil, kenapa harus nyawa juga. Kasian adikku, jika saya tau akan seperti ini gara-gara beli gelang emas tidak akan saya ijinkan,” tulisnya dalam akun facebooknya.
“Dan saya merasa tidak dikasih keadilan atas kepergian adek saya. Jika didiami akan banyak anak kos di Kuta Mandalika yang akan dibunuh nantinya,” tulisnya pada caption yang disertai dengan unggahan perhiasan dan foto korban itu.
Dirinya meminta, agar keadilan atas meninggalnya korban yang diketahui bekerja di Jivana Resort dan menyewa kos di belakang El-Tropico Boutique Hotel itu. Melalui kolom komentarnya, Sumi juga menduga kasus adiknya ini sengaja disembunyikan.
“Masih tebunik laun sepicn pariwisata mok edaq langan yaq mauq pade kepeng (masih disembunyikan biar tidak sepi pariwisata dan tidak ada jalannya dapat uang nantinya, Sasak, Red)” curhatnya dengan bahasa sasak yang disertai dengan emogi menangis.
Unggahan keluarga korban ini pun memantik reaksi publik di kolom komentar yang menyayangkan sikap dan keputusan pihak kepolisian selaku aparat yang menangani kasus tersebut.
Hal ini pun membuat Karang Taruna Kecamatan (KTK) Pujut geram. Melalui ketuanya, Sri Anom Putra Sanjaya, KTK ikut berkomentar. Ia menyayangkan keputusan polisi jika benar menutup atau menyembunyikan kasus tersebut dengan alasan Pariwisata.
“Ini menyangkut nyawa, tolong pak polisi jangan main-main,” ujar Sri Anom.
Ia juga mengutarakan, bahwa justru karena kasus ini terjadi di kawasan pariwisata mestinya menjadi perhatian serius polisi menanganinya.
“Buktikan kepada masyarakat dan publik bahwa aparat serius memerhatikan destinasi wisata,” ketusnya.
“Pokoknya kami dorong pihak kepolisian untuk terbuka kepada keluarga korban biar kasus ini tidak menjadi bola liar seperti saat ini,” sambungnya.
Ditegaskannya, bahwa KTK akan tetap mendorong kasus ini sampai pelaku ditemukan. Sebagai bentuk keseriusannya, KTK dalam waktu dekat akan melakukan aksi demontrasi ke Mapolres Loteng untuk menuntut keseriusan polisi mengungkap tabir kasus tersebut.
“Sampai kapanpun kami tidak akan terima jika pelaku tidak diungkap. Kami akan tetap atensi. Jika memang bunuh diri, harus masuk akal donk, apa alasan korban bunuh diri. Sekali lagi, jangan main-main dengan kasus seperti ini,” tegas Sekretaris DPD KNPI Loteng ini. (TP-02)
Lanjutkan pak ketua,kami pemuda Pujut selalu siap mendukung