Sempat Ricuh, Massa Aksi Bela Almarhum Heni Luapkan Kekecewaan ke Polres Loteng

Ratusan massa aksi saat mencoba mendobrak pintu depan Mapolres Loteng, Sabtu (20/4/2024).

PRAYA (NTB),Tatrapost.comKetidakpuasan banyak kalangan atas kinerja Polres Lombok Tengah (Loteng) yang dinilai tidak becus dalam menangani kasus kematian Heni Sukmayanti (25), menjadi alasan dilakukan Aksi Mimbar Bebas oleh sejumlah organisasi atau lembaga di daerah ini. Dimana, aksi tersebut digelar di Mapolres Loteng, Sabtu (20/4/2024) tadi.

Dari pantauan Tatrapost.com, Aksi yang dimotori “Aliansi Kemanusiaan Usut Tuntas Misteri Kematian Heni Sukmayanti” itu dimulai dari pukul 10.00 Wita. Adapun massa aksi sekitar 250 orang yang berasal dari organisasi kepemudaan, mahasiswa dan sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) serta beberapa perwakilan dari pihak keluarga.

Dalam Aksi tersebut, Rata wijaya selaku Kordum dalam orasinya memberikan arahan kepada massa aksi agar orasi yang disampaikan tidak keluar dari konteks kasus saat ini.

“Saya harap teman-teman yang akan menyampaikan orasi ilmiahnya, harus sesuai dengan hasil konsolidasi kemarin. Jangan sampai ada yang melebar ke pembahasan kasus lain. Fokus pada penanganan kasus kematian ini,” ajaknya.

Selain itu, Rata Wijaya juga menegaskan, bahwa aksi ini murni untuk mendesak Polres agar segera menemukan titik terang penyebab kematian Heni.

“Jika almarhum benar mati bunuh diri, maka tunjukkan kepada kami apa penyebabnya bunuh diri dan jika mati karena dibunuh, maka selidiki siapa pelakunya. Kami tidak menuntut Polres untuk harus ada pelakunya, kami hanya meminta agar penyebab kematiannya terungkap dengan sejelas jelasnya,” tegasnya.

Disamping itu, beberapa perwakilan dari setiap organisasi atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) seperti Blok Pujut, Karang Taruna Kecamatan Pujut, Himasta, Formula, Formas Prabu, SWIM, Lalat Hitam, Pedatu, dan dari pihak keluarga korban juga ikut menyampaikan orasi ilmiahnya.

Kegiatan aksi tersebut semenjak dimulai berjalan dengan lancar. Namun, ada satu kejadian ketika Korlap satu Sri Anom Putra Sanjaya mendekati gerbang Mapolres. Beliau merasa tersinggung dengan respons salah satu anggota kepolisian inisial (F) yang ditandainya seolah mengganggap kegiatan aksi ini sepele.

Dari kejadian itu, Anom langsung mengambil alih pengeras suara dan meminta agar anggota polisi inisial (F) itu dibawa keluar untuk menghadap ke massa aksi agar melakukan klarifikasi dan meminta maaf atas perbuatannya.

“Saya tidak terima dengan sikap anggota kepolisian yang seolah olah menganggap kegiatan aksi ini sepele. Ini menyangkut masalah nyawa kok bisa kalian malah ketawa di dalam. Pokoknya saya minta anggota kepolisian inisial (F) itu di bawa keluar dan menghadap ke massa aksi. Kalau sampai tidak mau keluar kami akan paksa keluar dengan cara kami sendiri,” teriak pemuda yang juga Ketua Karang Taruna Kecamatan Pujut ini.

Anom juga geram dengan pihak Polres yang mengatakan anggotanya tidak sopan saat mengantar surat pemberitahuan aksi.

“Saya juga tidak suka ketika ada anggota saya yang dibilang tidak sopan saat mengantar surat tadi malam. Justru menurut saya kalian yang tidak sopan. Orang kami sedang berduka malah kalian ketawa-ketawa,” sambungnya.

Permintaan Anom itu pun tidak digubris oleh pihak kepolisian sehingga membuat massa aksi panas dan sempat terjadi aksi dorong-dorongan gerbang. Hampir setengah jam kejadian itu berlangsung. Beruntung tidak ada insiden berlebihan dalam kejadian itu.

Pihak kepolisian tidak berani membawa keluar anggotanya dikarenakan takut terjadi aksi kriminal. Menanggapi hal tersebut, Rata Wijaya angkat bicara.

“Saya berani jamin jika ada masa aksi yang berani melakukan aksi kriminal, saya siap ditahan. Tangkap saya kalau sampai ada yang berbuat kriminal terhadap anggota kalian,” geram Rate.

Rata Wijaya menganggap, bahwa betul Polres Loteng tidak becus dalam menangani kasus kematian tersebut. Sehingga ia mengajak massa aksi untuk melakukan konsolidasi kembali untuk membahas langkah selanjutnya. Apakah nanti akan aksi lagi di Mapolres atau malah meminta supaya pihak Polda NTB yang akan menangani kasus ini.

Setelah kejadian itu, emosi masa aksi pun mulai redup dan mengakhiri aksi mimbar bebas dengan bubar secara tertib.  (TP-03)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *